Oleh : Nur Muhammad Huri, S.H.I., M.H. (Wakil Ketua PA Serui)
Petunjuk untuk mendapatkan Lailatul Qadr (malam kemuliaan) dapat merujuk pada 3 sumber, yaitu dari Al Qur’an, Hadist dan Pendapat Imam Al-Ghazali.
Lailatul Qadr disebutkan dalam Q.S. Al Qadr ayat 1-5. Di ayat 3, Allah menjelaskan bahwa Malam kemuliaan itu lebih baik daripada 1000 bulan. Terdapat mufasir yang menjelaskan bahwa angka 1000 bulan itu untuk mewakili sebuah makna lebih dari 1000 bulan hingga hitungan yang tak terhingga. Seperti contoh, seorang pemilik mobil menyebutkan bahwa dia membeli mobil dengan harga lebih dari 1 milyard, artinya harga mobil tersebut dibeli dengan harga diatas 1 milyard, harganya bisa 1,5 M atau 2 M, 3 M atau 4 M. Yang jelas harganya lebih dari 1 M.
Kemudian di ayat 4 Allah menjelaskan bahwa pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Hal ini bisa kita ibaratkan seperti para mentri dan koordinator menteri yang melakukan turba ke suatu daerah yang telah di-izinkan presiden untuk mengurus segala urusan di suatu daerah. Pastinya moment kedatangan itu menjadi suatu hal yang ditunggu-tunggu masyarakat untuk menyampaikan aspirasi-aspirasi penting agar didengar atau dibawa sebagai oleh-oleh untuk disampaikan kepada Presiden. Begitu juga dengan peristiwa lailatul qadr ini, dimana malaikat Jibril sebagai pemimpin tertinggi di kalangan malaikat beserta malaikat-malaikat penting lainnya pada malam itu datang untuk melakukan turba (turun ke bawah/bumi) dengan izin Allah untuk mengurus segala urusaan-urusan yang penting yaitu mendengar pujian-pujian yang dilantunkan hamba dan do’a / harapan yang dimohonkan hamba untuk dibawa sebagai oleh-oleh dan kemudian disampaikan oleh para Malaikat kepada Allah SWT.
Kemudian rasulullah SAW mengabarkan tentang Lailatul Qadr, beliau bersabda: dia (Lailatul Qadar) di bulan Ramadhan di puluhan yang akhir yaitu malam 21, 23, 25, 27 atau malam 29, atau di akhir malam Ramadhan. Barang siapa mengerjakan / bangun untuk beribadah pada malam itu karena iman dan mengharap ridho Allah, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.
Secara spesifik Imam Al-Ghazali berdasarkan hasil ijtihadnya merumuskan bahwa lailatul qadar itu dapat ditandai berdasarkan jatuhnya hari pertama puasa pada bulan ramadhan saat itu. Yaitu :
- Apabila puasa pertama ramadhan jatuh pada hari Ahad atau Rabu, maka lailatul qadr jatuh pada malam ke 29 ramadhan.
- Apabila puasa pertama ramadhan jatuh pada hari Senin, maka lailatul qadr jatuh pada malam ke 21 ramadhan.
- Apabila puasa pertama ramadhan jatuh pada hari Selasa atau Jum’at, maka lailatul qadr jatuh pada malam ke 27 ramadhan.
- Apabila puasa pertama ramadhan jatuh pada hari Kamis, maka lailatul qadr jatuh pada malam ke 25 ramadhan.
Apabila puasa pertama ramadhan jatuh pada hari Sabtu, maka lailatul qadr jatuh pada malam ke 23 ramadhan.